Tuesday, 31 January 2012

Fenomena Oedipus-Complex


Normalnya semakin dewasa seseorang, ia semakin mandiri, mampu bertindak dan mengambil keputusan tanpa tergantung pada figur tertentu. Namun, kenyataan menunjukkan, ada pribadi-pribadi yang gagal mencapai perkembangan tersebut. Cukup banyak pria dewasa yang masih berkiblat pada ibunya.
Diskusi hangat mengenai hal tersebut terjadi dalam sebuah kelas Psikologi pada saat membahas konsep oedipus complex dan electra complex. Mahasiswa menjadi asyik membahas beberapa kasus yang mereka jumpai.
Menurut mereka, dibanding electra complex, tampaknya fenomena menyerupai oedipus complex lebih banyak terjadi. Mereka ingin tahu bahwa cukup banyak pria dewasa yang masih bergantung pada ibunya, dan apakah itu dapat disebut gejala oedipus complex.
 Kompetisi dengan Ayah Oedipus complex adalah istilah Sigmund Freud untuk menggambarkan kecenderungan anak laki-laki usia 3-5 tahun (masa phallic) berkompetisi dengan ayahnya untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang ibu; dan dorongan seksual terhadap ibu dikendalikan karena rasa takut akan hukuman dari ayah. Pada anak laki-laki, ketakutan terhadap ayah tersebut mewujud dalam ketakutan akan dipotong penisnya (castration complex).
Sementara itu, electra complex merupakan keadaan yang sama dengan oedipus complex, tetapi terjadi pada anak perempuan.  Konsep oedipus complex dan electra complex merupakan bagian dari penjelasan Freud mengenai tahapan-tahapan perkembangan kepribadian (dari lahir hingga akil balik) yang tidak lepas dari adanya libido.
Libido (dorongan erotis-biologis) menurut ahli Psikoanalisis ini tidak muncul secara mendadak pada masa pubertas, melainkan sudah ada sejak lahir dan perwujudannya berbeda-beda menurut tahapan usia. Teori perkembangan dari Freud ini disebut teori perkembangan Psikoseksual.
Dalam teori perkembangan tersebut dinyatakan bahwa seseorang dapat gagal mengatasi konflik yang terjadi dalam tiap-tiap tahapan (oral, anal, phallic, latency, genital). Perkembangannya berhenti dalam tahap tersebut hingga dewasa. Jadi, bila seorang anak pada masa phallic tidak berhasil mengatasi oedipus complex, akan terbawa terus hingga dewasa.
Namun, teori perkembangan Psikoseksual dari Freud tersebut ditentang oleh tokoh-tokoh Psikoanalisis yang lain. Mereka menolak anggapan libido merupakan hal yang mendasari perilaku dan perkembangan kepribadian. Memang, teori tersebut dibangun Freud atas dasar kasus-kasus klinis yang ditanganinya sebagai psikiater, sehingga tidak mencerminkan perkembangan individu yang normal.  
Fenomena Anak Mami Dalam memahami fenomena ”laki-laki anak mami”, kita tidak dapat begitu saja berpegang pada konsep oedipus complex bila dipahami dalam konteks teori Freud (libido mendasari perilaku).
Kita tidak menafikan kenyataan bahwa kasus-kasus incest (hubungan seksual antara anak dan orangtua) terjadi dalam masyarakat, tetapi gejala ”laki-laki anak mami” biasanya tidak sampai pada relasi, bahkan dorongan seksual.  

Google
WEB
Images
Local
Mobile Web (beta)