Untuk membuktikan hal tersebut, peneliti mengajak sekelompok relawan untuk tidur di laboratorium. Mereka diminta untuk tidur hanya selama empat jam per hari. Percobaan dilakukan selama lima hari sesuai jadwal kerja dalam satu minggu.
Setelah itu peneliti mengambil sampel darah relawan yang kurang tidur tesrebut. Sel darah putih dipisahkan dari sampel dan aktivitas gen diperiksa memakai micro array. Hasil yang muncul dibandingkan dengan sampel darah dari orang sehat yang telah tidur 8 jam setiap malamnya selama satu minggu.
Hasilnya, ekspresi dari banyak gen dan jalur gen yang berhubungan dengan fungsi sistem kekebalan tubuh meningkat saat seseorang kurang tidur. Dalam darah terdapat peningkatan sel-sel B yang diketahui memroduksi antigen untuk memberikan perlindungan bagi tubuh, termasuk melawan reaksi alergi dan asma. Vilma Aho, peneliti, menduga mungkin ini juga menjelaskan alasan gejala asma sering kambuh ketika seseorang mengalami kurang tidur.
Di samping itu jumlah interleukin tertentu ikut meningkat. Zat ini adalah molekul sinyal yang merangsang peradangan pada tubuh. Kurang tidur turut menaikkan gen TLR4 dan CRP di luar batas normal. CRP dalam jumlah tinggi juga memicu peradangan. Dengan demikian kurang tidur memang memiliki imbas terhadap kekebalan tubuh seseorang.
Studi ini dipublikasikan dalam jurnal PLoS ONE.