Presiden yang berkuasa sejak 18 july 1979 dan terus menjadi presiden Yaman bersatu sejak 22 may 1990 Jumlah penduduk Yaman 23 juta jiwa dari jumlah ini 45% penduduk Yaman memiliki penghasilan di bawah 2 (dua) dolar perharinya dan 35% adalah pengangguran. Kehidupan rakyat Yaman berada di bawah garis kemiskinan dan tertindas serta jauh dari standar kehidupan yang sejahtera, padahal negara ini kaya akan minyak bumi. Presiden dan kelompoknya hanya menumpuk kekayaan pribadi tanpa peduli pada nasib rakyat banyak.
Gejolak politik yang terjadi di Yaman,Bahrain,dan Libya adalah sebagai contoh dan cermin untuk para pemimpin seluruh negara manapun, bahwa seorang pemimpin yang bertindak otoriter/dictator bersikap sewenang wenang tanpa memperhatikan nasib rakyat akan menyebabkan kesengsaraan,ketidak adilan,kemiskinan,penganguran,KKN itu bisa menjadi pencetus revolusi /pembrontakan oleh rakyat yang tertindas dan kecewa terhadap pemimpinnya.
Jika kekuatan rakyat telah bersatu untuk melawan pemimpin yang dictator, maka bisa di pastikan akan terjadi perlawanan oleh rakyat yang pada akhirnya akan menimbulkan banyak korban jiwa, krisis ekonomi, krisis pangan. Kalau kita amati gejolak politik yang terjadi di kawasan Timur Tengah terinspirasi dari berhasilnya kekuatan rakyat yang telah menggulingkan/menumbangkan kekuasaan rezim presiden Ben Ali di Tunisia dan presiden Husni Mubarak di Mesir (dalam tempo yang singkat).
Hal yang sama juga mulai terjadi di Aljazair, Maroko, Jordania, Kuwait dan mungkin juga di susul oleh Arab Saudi, Qatar atau Uni Emirat Arab. Dalam pernyataannya pada tanggal 13 may 2011 presiden Ali Abdullah saleh berjanji untuk tetap berkuasa dan membela rakyatnya dengan segala cara, setelah America Serikat mendesaknya untuk menyetujui rencana peralihan kekuasaan secepatnya dan mengakhiri kekerasan politik yang telah berlangsung berbulan bulan di Yaman.
Seorang pemimpin yang terlalu lama berkuasa pada umumnya akan melakukan praktek dictator,korupsi, menindas rakyat dan hal hal yang negatip lainnya, sehingga pada puncaknya rakyat akan merasa muak dan gerah dengan pemimpinnya, karena setiap rakyat pasti menghendaki kehidupan yang lebih baik dan sejahtera.
Hal yang serupa bisa saja terjadi di Indonesia apabila di amati dari tingginya angka kemiskinan dan pengangguran serta crisis ekonomi yang berlarut larut. Sebaiknya para pemimpin negara bisa introspeksi diri dan merubah sikap dengan lebih memperhatikan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi dan kelompoknya, serta tidak melupakan bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.