Saturday, 9 July 2011

Empat alasan menurunnya citra SBY


Jakarta: Dari hasil wawancara mendalam, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mendapati empat hal penyebab menurunnya tingkat kepuasan publik terhadap kinerja dan kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Direktur Lingkaran Kebijakan Publik LSI Sunarto Ciptoharjono mengatakan, pertama disebabkan makin banyaknya kasus besar nasional yang tak kunjung tuntas. Awalnya, lanjut Sunarto, SBY meyakinkan publik akan menuntaskan kasus-kasus besar di negeri ini. Tapi seiring jalannya waktu, publik hanya melihat SBY berkutat di tingkat wacana, tapi kurang piawai mengeksekusi
Sunarto mencontohkan, kasus Munir. Begitu juga kasus bail out Bank Century. "Sejak awal SBY mengatakan akan menuntaskan kasus Munir, tapi sampai saat ini belum terjawab siapa pembunuhnya. Malah terjadi PK," ujar Sunarto pada konferensi pers dengan tema "Merosotnya Leadership SBY di Mata Publik" (Analisis Survei Nasional Juni 2011) di kantor LSI, Jakarta Timur, Ahad (26/6)
Kedua, kata Sunarto, SBY dinilai terlalu reaktif atas kasus yang menyerang dirinya sendiri. Menurut dia, hal ini justru publik menilai SBY bukan karakter strong leader (pemimpin tangguh). Kasus ini menurut publik malah dinilai sepele, dan bukan kelas untuk ditanggapi seorang presiden
Lalu ketiga, ujar Sunarto, publik menilai SBY tak memiliki operator politik yang tangguh untuk memabntunya menuntaskan masalah. Sebagai seorang presiden, SBY tentu bicara pada level umum. Padahal, lanjut Sunarto, ini adalah tugas operator politiknya untuk menuntaskan dan membuatnya detail. "Tapi absennya operator politik ini adalah pilihan SBY sendiri.
Keempat, menurut Sunarto, disebabkan berkembangnya kasus yang belakangan muncul di kandang SBY. Kasus Muhammad Nazaruddin misalnya, bukan cuma merusak citra anti-korupsi SBY. Tapi juga membuat publik meragukan kemampuan Presiden untuk mengendalikan kadernya.(AIS)
Google
WEB
Images
Local
Mobile Web (beta)